Language in the Contemporary World

Kita tahu bahasa inggris punya reputasi sebagai “bahasa internasional” sekarang, tapi sebenarnya ada bahasa-bahasa lain yang juga memiliki jutaan pembicara {Chinese, Hindi, Spanish, & Arabic}. Kita pakai Bahasa Indonesia di sekolah resmi, dan berbahasa Melayu, Minang atau Tionghoa di rumah. Sama seperti burung cendrawasih yang terancam punah, bahasa pun bisa terancam punah ketika hanya sedikit orang di dunia yang menggunakannya {Aymara, Romani, Basque} dan telah punah {Sanskrit, Latin, Gothic}.

Difference between language and languages. Credit: Tatum Derin

Di linguistik, kita bilang “bahasa” tapi maksud kita itu sebenarnya “semua bahasa”. Kita tidak fokus ke Bahasa Inggris saja, tapi ke bahasa yang digunakan oleh orang-orang, baik itu bahasa tubuh, bahasa ibu, dialek tertentu, atau bahasa yang sudah atau terancam punah.

Attitudes to languages. Credit: Tatum Derin

Kita pun punya prilaku-prilaku tertentu sebagai reaksi terhadap bahasa tertentu. Cerita nih, waktu kakak menerima beasiswa secara simbolis, kakak lagi baca-baca dan komentar ke diri sendiri dalam Bahasa Inggris, tahu-tahu orang di samping kakak menegur nyuruh kakak berhenti karena dia takut dan terintimidasi dengar bahasa asing.

Orang-orang punya respon mereka sendiri kalau dengar atau lihat bahasa lain. Apa yang kalian pikirkan waktu mendadak dengar lagu Korea? Lagu Bollywood? Atau lagi naik bis dan dengar orang di samping ngomong Jerman atau Urdu? Apa kalian menganggap orang yang cepat ngomong bahasa asing itu otomatis pintar dan orang yang terbata-bata otomatis bodoh? Hal-hal seperti ini menunjukkan bias (prejudice) kita terhadap bahasa.

National Languages. Credit: Tatum Derin

Di Indonesia orang ngomong Bahasa Indonesia dan di Malaysia orang ngomong Bahasa Malaysia. Yang tinggal di perbatasan Malaysia dan Kalimantan gimana? Pasti banyak campurannya karena tinggal dekat. Coba lihat atlas negara-negara Eropa yang banyak berbatasan dengan berbagai negara. Bahasa Jerman (German or Deutsch) adalah bahasa resmi dan paling banyak dipakai di Jerman dan Austria. Bahasa Jerman sampai dipakai oleh 8 negara. Pro-nya, orang-orang di 8 negara itu bisa lebih mudah berkomunikasi. Kon-nya, bahasa-bahasa lain di negara-negara itu mulai menghilang karena orang tua bersikap “belajar ajalah Jerman biar sukses”. Populernya satu bahasa bisa berarti pengurangan peminat bahasa lain, dan bahasa-bahasa itu sangat mudah terancam punah ketika orang-orang tak ada niat untuk mempelajari, menggunakan, dan mewariskannya.

Growth of English in the world. Credit: Tatum Derin

Kalau ditanya “kenapa belajar Bahasa Inggris”, jangan deh ngeluarin alasan standar dan basi seperti “karena ini bahasa internasional”. Benar sih, tapi buat lebih detil dan personal dong. Lagipula, sebenarnya kalau traveling ke Eropa dan ngomong Bahasa Inggris sama orang-orang Jerman atau Finland, mereka bisa kesal deh :3 Dulu-dulu, bahasa internasional di bagian akademik itu Bahasa Jerman dan Rusia dan di bagian traveling itu Bahasa Prancis. Tahu-tahu sekarang malah Bahasa negara Inggris yang dipakai sedunia (karena mereka kan banyak menjajah negara-negara dulu).

English and Englishes. Credit: Tatum Derin

Sebelum abad terakhir, English bukan bahasa sedunia. Abad ke-17 dan 18, negara Inggris mulai menjajah negara-negara lain dan menghapus bahasa-bahasa lokal dengan bahasa Inggris demi kolonialisasi British Empire. Setelah menemukan cara untuk mempercepat eksploitasi bahan-bahan Bumi untuk membludakkan produksi barang-barang (Industrial Revolution), Bahasa Inggris jadi wajib dipelajari negara-negara lain supaya mereka bisa merevolusi industri mereka juga. Amerika yang memakai Bahasa Inggris mengusir penjajah mereka dan menjadi negara superpower, jadi Bahasa Inggris makin diminati dunia yang makin terikat oleh teknologi-teknologi Amerika.

Sama seperti bahasa negara Asia beda dengan bahasa negara Australia, sama seperti orang Islam di Amerika beda dengan orang Islam di Pakistan, Bahasa Inggris tidak bisa dikatakan sama saja di negara-negara yang bahasa nasionalnya English. Coba nonton channel English with Lucy, dia sering memberikan contoh-contoh perbedaan British English, American English, dan Australian English. Mungkin kita paham dengar orang London ngomong Bahasa Inggris, tapi coba dengerin orang Denmark atau orang India yang ngomong—beda banget.

Native Speakers. Credit: Tatum Derin

Jadi, negara-negara dimana-mana sudah banyak pakai Bahasa Inggris. Kalau misalnya kita orang lahir di Indonesia tapi dari kecil sudah pandai berbahasa Inggris, apakah kita bisa dibilang “native speaker“? Kita sering beranggapan bahwa penutur asli itu orang bule dan pandai Bahasa Inggris, tapi banyak kok orang-orang Amerika gagal tes nasional Bahasa Inggris dan banyak orang-orang Prancis yang ngga menguasai grammar Bahasa Prancis. Definisi native speaker itu “orang yang sudah menggunakan bahasa tertentu sejak masa kanak-kanak/paling muda dia”, soooo maybe?

English as lingua franca. Credit: Tatum Derin

Ok, ok, nyaris seluruh dunia pake Bahasa Inggris sampai bahasa ini bergelar lingua franca. Memang enak kita bisa berkawan dengan orang-orang Jepang atau Turki kalau nge-facebook atau setim di game MMORPG. Tapi sayang juga karena bahasa ibu atau bahasa-bahasa daerah dan bahasa-bahasa lain makin lama makin hilang karena sekolah-sekolah resmi (dan sbg konsekuensi banyak orang tua) kerjanya menting-mentingkan Bahasa Inggris melulu dengan alasan “biar sukses” ლ(¯ロ¯”ლ) Ngga pandai Bahasa Inggris bukan berarti kita lambat atau bodoh atau ngga bakal bisa hidup aman dan kebutuhan terpenuhi nanti. Yang benar-benar menentukan masa depan kita sebagus mungkin itu kemauan kita untuk melakukan lebih dari yang minimal—go the extra miles!

Leave a comment